Selasa, 15 Maret 2016

Resensi novel

Judul novel       : Paper Towns
Jumlah halama : 360 halaman
Tebal halaman : 20 cm
Penulis            : John Green
Penerbit          : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit     : 2014
           
                                                               


                                                            

          Novel berjudul Paper Towns karangan John Green ini menceritakan persahabatan antara Margo Roth Spiegelman dengan Quentin Jacobsen yang biasa di panggil "Q". Persahabatan mereka di mulai dari mereka berusia 2 tahun.

          Quentin Jacobsen atau Q adalah anak lelaki yang bercita-cita menjadi  seorang penemu. Ia selalu masuk sekolah dan tak pernah absen. Saat teman-temannya asyik membicarakan malam prom dia sama sekali tidak tertarik untuk membahas itu. Ia memiliki sahabat bernama Ben dan Radar. Ben adalah orang yang suka menyebalkan tapi berguna. Sedangkan Radar adalah orang yang sangat cerdas atau pintar.Q sangat menyukai Margo dari kecil. Sangat mengagumi dia. Dan berharap bisa dekat denganya.

          Margo Roth Spiegelman atau biasa di panggil Margo ini adalah gadis yang cantik bermata indah. Ia selalu memikat hati setiap pria. Ia sangat menyukai segala teka-teki dan misteri. Sampai pada akhirnya dia yang menjadi misteri.

          Mereka bersahabat karena jarak rumah Margo dengan rumah Q bedekatan. Persahabat mereka di mulai ssat Margo dan Q bermain di taman Jefferson Park. Taman subdivisi rumah mereka. Saat itu mereka menemukan sesosok mayat tergeletak. Margo mulai mengajak Q untuk mencari tahu siapa orang itu dan mengapa ia bisa meniggal. Setelah masalah itu di selidiki, mereka pun tidak bersahabat lagi sampai bangku SMA. Tapi, Q sangat menyukai Margo dan selalu mengaguminya.

          Q hanya bisa selalu mengagumi Margo saja, Tanpa bisa dekat dengannya. Karena Margo adalah anak yang terkenal seantero sekolah. Sampai suatu malam Margo menghampiri q dan mengajak Q berjelajah. Menjelajah untuk menyelesaikan misi-misi yang telah di buat oleh Margo. Misi-misi itu di bagi dalam sebelas babak yang semuanya telah di susun rapi oleh Margo. Pada suatu babak Margo ingin Q mengantarkannya ke sebuah tempat yang dapat melihat Orlando dari atas. Margo menyebut bangunan-bangunan itu dengan kota kertas. Q selalu takut untuk menjalankan misi-misi Margo. Dan Margo selalu meninggalkan tanda huruf "M"di setiap tempat yang ia kunjungi. Setelah semua misi terlaksana Mago berkata bahwa ia selalu rindu nongkrong dengan Q.

          Setelah malam itu berakhir, beberapa hari setelahnya Margo menghilang. Menghilang entah kemana tanpa memberi tahu siapapun. Tapi Margo meninggalkan teta-teki untuk Q. yang harus di pecahkan oleh Q. Mulai dari Buku yang di tulis oleh Walt Whitman yang berisi puisi yang berjudul Song of My Life. Puisi ini di di garisi dengan spidol warna berbeda-beda yang memberi clue teka-teki Margo. Meniggalkan sobekan kertas di pintu kamar Q yang menunjukan alamat ruko tempatnya tinggal sementara. Dan meniggalkan selimut, tulisa grafiti, dan sebuah peta rute perjalanannya yang telah di lubangi oleh pines. setelah Q berusaha mencari semua jawaban dari teka-teki Margo akhirnya Q menemukan Margo yang sekarang berada di Agloe, New York. kota yang sering di sebut dengan kota kertas oleh masyarakat. Q menemukan Margo karena Margo mengomentari sebuah pendapat seseorang di Omnictionary. Q hafal dengan penggunaan huruf kapital Margo yang aneh.

          Q menyadari jika semakin ia dekat dengan Margo semakin  ia tidak mengenali siap itu Margo yang sebenarnya. Karena terlalu banyaknya misteri dan teka-teki dalam diri Margo. Dia yang di dalam dirinya tidak sama dengan dia yang ada dalam Jiwanya.

          Bergegas Q menuju Agloe, New York. Meniggalkan acara kelulusan SMA mereka. Dengan menempuh perjalanan selama dua puluh satu jam menggunakan mobil. Dan ditemani oleh dua sahabatnya Ben dan Radar dan pacar Ben yang juga teman dari TK Margo yaitu Lacey. Dengan perjalan yang menyenangkan, tegang, dan penuh cerita akhirnya mereka tiba. Dan mereka menemukan Margo.

          Saat Margo di temukan, Margo terlihat panik dan kaget. Ia marah terhadap Q. Tapi Margo akhirnya dapat meredam emosi setelah ia bertengkar dengan Q. Lalu Margo menceritakan apa maksudnya pergi dan mengapa ia pergi. Ternyata petunjuk itu bukan untuk Q tapi untuk cerita fiksi yang ia buat sedari kecil yang bertolak belakang dengan kepribadian atau watak dari Q. Tapi Margo senang Q berada di sini dengannya. Tapi Margo tak ingin kembali ke Orlando bersama Q.

           Kelebihan dari novel ini adalah kita seperti terbawa dalam cerita dan ikut menyelesaikan teka-teki dan misteri Margo. Dan ikut merasakan apa yang dirasakan Q dan Margo. Kekurangannya novel ini berakhir dengan cerita yang menggantung. Bukan akhir yang sedih juga bukan berakhir dengan bahagia. Dan beberapa latar yang asing yang susah untuk di pahami pembaca. Novel ini tidak bisa di baca dengan cepat karena jika itu dilakuakan kita tidak bisa memahami apa maksud dan isi novel tersebut.
  
          Novel ini disarankan untuk dibaca. Apalagi orang yang senang terhadap misteri dan teka-teki. Novel ini juga memiliki amanat atau pelajaran yang dapat kita ambil dari novel ini.

         

1 komentar:

 

nabilahzalfa Template by Ipietoon Cute Blog Design